LANGKAH EFEKTIF MENGHAFAL AL QUR'AN
Sebelumnya telah kami terangkan Keutamaan Menghafalkan Al Quran. Kini kami
ingin mencoba Menerangkan bagaimana cara menghafalkan Al qur’an karena masih
banyak diantara kita yang masih binggung cara menghafalkan Al Qur’an.
Yang paling berhak dihafa adalah AL Qur’an. Karena Al Qur’an adalah Firman
Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan
yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut
ilmu
u hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata
Imam Nawawi : “ Hal Pertama adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu
yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh
kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan
sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya,
karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran”.
Di bawah ini beberapa langkah untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan
para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am
hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas,
maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan.
Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti.
Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut
perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat
dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu
sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada
masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang
berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan
sholat”.
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an.
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim
bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa
berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على
الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an,
dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan
ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al
Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al
Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya.
Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai
oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf
Madinah atau Mushaf Qudus). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima
kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu
lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan
jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman-
halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah
menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum
menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya.
Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman
yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus
mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi
lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal
halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya,
yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu,
karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh,
maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga,
empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena
sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya
ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan
antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang
mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru
menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan
cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum
pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari
ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang
telah diterangkan pada metode pertama .
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh
hizb ( bagian ) :
- Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
- Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
- Surat Yunus sampai Surat An Nahl
- Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
- Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
- Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
- Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat
An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar
sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ),
atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di
bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- >
)إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ
عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ
الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا
يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت
:29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا
وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan
yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan
dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada
orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita
menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui
bahwa itu salah,
sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan
kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah,
adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari
syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar
sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan
secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini - alhamdulillah - banyak
telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al
Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di
televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang
dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun
bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara
tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al
Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak
membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya
kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai
kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut
dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.
Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya
sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal
sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali.
Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang
hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut
memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang
sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya.
Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku
tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin
mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai
mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi
Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut
menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek
tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya
Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini
menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau
sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana
nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam
hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan
tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan
adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita
menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya
dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam
buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa
teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang
diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di
atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa
menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an
adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar.
Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya
pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an
dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. ()
Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat
satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita.
Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah
satu mushaf untuk anda selama hidupmu”.
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana
ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau
terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10
lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf
Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al
Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji.
Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan
bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain
orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan
India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren
tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk
menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam
suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya
Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ،
واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam
agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan
benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang
dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita
bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh
: di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita
gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu
siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam
habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan
pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat
sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat,
seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang
membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat,
seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu
bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok
ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan
mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang
punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan
tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu faktor yang mendukung
hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya
seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ),
hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz
lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat
Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di
bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang
sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ
بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173
< ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ
لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران
: 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa
dirujuk buku – buku berikut :
- Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi
Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al
Kafi.
- Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya :
Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
- Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al
Munady
- ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya
Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai
ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an
di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang
lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia
tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga
Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya
tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia
merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat
banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia
mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “,
akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah
nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang
bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang
paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus
ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar
istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk
menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi.
Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak
cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang
terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai
berikut :
- Mengulangi hafalan menurut waktu sholat
lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima
waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar
terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian,
sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan,
dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin
ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk
mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu
setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh
dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu
mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah
sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi
hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini,
maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita
waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap
hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa
menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an
pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang
menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
- Ada sebagian orang yang mengulangi
hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud.
Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita
tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran
umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz
dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan
dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
- Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya
dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah
tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib
menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari
peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun
hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya
sendiri-sendiri dahulu.
Label: Al Qur'an Hadist, Tulisan Lepas
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda