IMPIAN DAN CITA-CITA
Dalam
hidup ini sangat untuk tahu kemana kita akan pergi. Kondisi dan posisi sekarang
memang penting, tetapi arah masa depan kita yang jauh lebih penting, karena di
sanalah kita kan berjalan. Impian dan cita-cita akan memberikan arah, sekaligus
panduan apakah kita masih berjalan pada arah kehidupan kita yang benar atau
tidak.
Mimpi
atau cita-cita juga bisa menjadi acuan dan standart yang bisa memberikan
penilaian apakah kita sudah bekerja secara baik
atau belum. Setiap bulan dan tahun kita bisa melihat hasil-hasil kerja
yang kita lakukan, apakah semakin mendekati impian kita atau malah menjauh. Dengan
demikian, kita bisa memberikan semacam perenungan dan sekaligus menetapkan
tekad untuk memperbaiki apa yang telah kita lakukan agar pada masa mendatang
bisa bekerja secara lebih baik dan terarah.
Selanjutnya,
mimpi yang kita miliki adalah sumber energy berlimpah dari keseluruhan apa yang
akan kita lakukan. Mimpi memberi tenaga ekstra yang akan memberikan daya dorong
yang kuat agar kita selalu bisa bertahan dalam mencapai mimpi-mimpi tersebut. Mimpi
memegang kekuatan untuk menjadi daya dorong penting agar motivasi bisa kembali
di angkat tinggi ke permukaan.
Untuk
bisa membangun mimpi dan cita-cita hidup yang kuat, mimpi itu harus dimulai dari
lubuk hati yang paling dalam, dari keinginan yang sangat kuat, dan tidak hanya
sekedar respons terhadap apa yang terjadi di luar. Mimpi harus dibangun dari
sebuah kesadaran tentang masa depan seperti apa yang dirinduhkan seseorang.
Impian
dan cita-cita adalah sebuah tujuan yang mulia. Dan bagi seorang mukmin, impian
dan cita-cita mencakup keseluruhan tahap kehidupan yang hendak dilaluinya, dari
awal penciptaanya hingga akhir tempat tinggalnya. Ia tahu itu, kemudian ia
sanggup enetukan mimpinya dan cita-cita itu.
Maka,
seorang mukmin tidak rela menggantungkan cita-citanya hanya di bumi dan dunia
saja. Cita-citanya membumbung tinggi ke angkasa, menembus bintang-bintang di
langit. Ia tidak hanya mengimpikan kehidupan di dunia sementara, tetapi ia
senantiasa mendambahkan kehidupan abadi. Dia menghendaki bukan saja kebaikan
dan kebahagiaan saat ini, tetapi juga kebaikan untuk nanti dan kelak di
kehidupan yang sebenarnya.
Sungguh
betapa kerdilnya jika kita membatasi cita-cita kita hanya dibumi ini saja,
padahal jagad raya ini begitu luas. Sungguh terhina jika cita-cita kita hanya
sekedar mengejar kepuasan materi, padahal harta benda dunia akan sirna dan
segera kita tinggalkan.
Sejatinya,
kita bukanlah makhluk bumi, melainkan makhluk langit. Kita adalah spiritual
yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubu kita sebenarnya
hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Meskipun kita dilahirkan di dunia, dan
dunia menjadi tempat tinggalkita sekarang, namun realitas sejatinya secara spiritual
saat ini kita sedang berjalan jauh menuju tempat kembali yang hakiki, alam
keabadian, kampong halaman, yakni alam akhirat.
Betapapun,
mereka yang tujuan hidupnya untuk mendapatkan kesenangn dunia saja, makaia akan
dihinakan oleh dunia itu. Mengapa? Karena sebenarnya dunia it lebih rendah
dibandingkan dengan cita-cita seorang mukmin. Rasulullah pernah menggambarkan
tentang dunia, lalu beliau bersabda “Seandainya dunia di sisi Allah
mengimbangi sayap nyamuk, maka Allah tidak kan memberi seteguk air kepada orang
kafir dari dunia itu.” (HR. Ath Thirmidzi)
Bagaimana
tidak terhina kalau hidup mereka hanya sebatas soal perut, rumah, dan istana. Mereka
tidak pernah mau menengadahkan pandangan mereka ke angkasa kehidupan yang
ideal. Mereka juga tal pernah menatap bintang-bintang keutamaan hidup. Kecemasan
dan pengetahuan mereka hanya pada soal kendaraan, pakaian, dan makanan. Kehidupan
mereka dari pagi hingga sore hanya disibukan oleh kecemasan dan kegelisaan agar
tidak dibenci orang, anak, keluarga, kerabat dekatnya, agar tidak mendapatkan
celaan atau mengalami keadaan yang menyedihkan. Betapa mereka sama sekali tidak
memiliki tujuan-tujuan yang lebih mulia yang seharusnya menyibukan mereka, dan
juga kepentingan-kepentingan agung yang harusnya menyita seluruh waktu mereka.
Kebahagiaan
duniawi dan ukhrowi, itulah yang menjadi impian dan cita-cita tinggi setiap
mukmin yang tulen, sebagaimana yang pesankan Allah dalam Firman-Nya, “Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akirat dan jauhkan kami
dari siksa neraka “ (QS. Al Baqoroh : 201)
Label: Inspirasi dan Motivasi, Tulisan Lepas
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda