Sabtu, 19 September 2015

IMPIAN DAN CITA-CITA

Dalam hidup ini sangat untuk tahu kemana kita akan pergi. Kondisi dan posisi sekarang memang penting, tetapi arah masa depan kita yang jauh lebih penting, karena di sanalah kita kan berjalan. Impian dan cita-cita akan memberikan arah, sekaligus panduan apakah kita masih berjalan pada arah kehidupan kita yang benar atau tidak.

Mimpi atau cita-cita juga bisa menjadi acuan dan standart yang bisa memberikan penilaian apakah kita sudah bekerja secara baik  atau belum. Setiap bulan dan tahun kita bisa melihat hasil-hasil kerja yang kita lakukan, apakah semakin mendekati impian kita atau malah menjauh. Dengan demikian, kita bisa memberikan semacam perenungan dan sekaligus menetapkan tekad untuk memperbaiki apa yang telah kita lakukan agar pada masa mendatang bisa bekerja secara lebih baik dan terarah.

Selanjutnya, mimpi yang kita miliki adalah sumber energy berlimpah dari keseluruhan apa yang akan kita lakukan. Mimpi memberi tenaga ekstra yang akan memberikan daya dorong yang kuat agar kita selalu bisa bertahan dalam mencapai mimpi-mimpi tersebut. Mimpi memegang kekuatan untuk menjadi daya dorong penting agar motivasi bisa kembali di angkat tinggi ke permukaan.

Untuk bisa membangun mimpi dan cita-cita hidup yang kuat, mimpi itu harus dimulai dari lubuk hati yang paling dalam, dari keinginan yang sangat kuat, dan tidak hanya sekedar respons terhadap apa yang terjadi di luar. Mimpi harus dibangun dari sebuah kesadaran tentang masa depan seperti apa yang dirinduhkan seseorang.

Impian dan cita-cita adalah sebuah tujuan yang mulia. Dan bagi seorang mukmin, impian dan cita-cita mencakup keseluruhan tahap kehidupan yang hendak dilaluinya, dari awal penciptaanya hingga akhir tempat tinggalnya. Ia tahu itu, kemudian ia sanggup enetukan mimpinya dan cita-cita itu.

Maka, seorang mukmin tidak rela menggantungkan cita-citanya hanya di bumi dan dunia saja. Cita-citanya membumbung tinggi ke angkasa, menembus bintang-bintang di langit. Ia tidak hanya mengimpikan kehidupan di dunia sementara, tetapi ia senantiasa mendambahkan kehidupan abadi. Dia menghendaki bukan saja kebaikan dan kebahagiaan saat ini, tetapi juga kebaikan untuk nanti dan kelak di kehidupan yang sebenarnya.

Sungguh betapa kerdilnya jika kita membatasi cita-cita kita hanya dibumi ini saja, padahal jagad raya ini begitu luas. Sungguh terhina jika cita-cita kita hanya sekedar mengejar kepuasan materi, padahal harta benda dunia akan sirna dan segera kita tinggalkan.

Sejatinya, kita bukanlah makhluk bumi, melainkan makhluk langit. Kita adalah spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubu kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Meskipun kita dilahirkan di dunia, dan dunia menjadi tempat tinggalkita sekarang, namun realitas sejatinya secara spiritual saat ini kita sedang berjalan jauh menuju tempat kembali yang hakiki, alam keabadian, kampong halaman, yakni alam akhirat.

Betapapun, mereka yang tujuan hidupnya untuk mendapatkan kesenangn dunia saja, makaia akan dihinakan oleh dunia itu. Mengapa? Karena sebenarnya dunia it lebih rendah dibandingkan dengan cita-cita seorang mukmin. Rasulullah pernah menggambarkan tentang dunia, lalu beliau bersabda “Seandainya dunia di sisi Allah mengimbangi sayap nyamuk, maka Allah tidak kan memberi seteguk air kepada orang kafir dari dunia itu.” (HR. Ath Thirmidzi)

Bagaimana tidak terhina kalau hidup mereka hanya sebatas soal perut, rumah, dan istana. Mereka tidak pernah mau menengadahkan pandangan mereka ke angkasa kehidupan yang ideal. Mereka juga tal pernah menatap bintang-bintang keutamaan hidup. Kecemasan dan pengetahuan mereka hanya pada soal kendaraan, pakaian, dan makanan. Kehidupan mereka dari pagi hingga sore hanya disibukan oleh kecemasan dan kegelisaan agar tidak dibenci orang, anak, keluarga, kerabat dekatnya, agar tidak mendapatkan celaan atau mengalami keadaan yang menyedihkan. Betapa mereka sama sekali tidak memiliki tujuan-tujuan yang lebih mulia yang seharusnya menyibukan mereka, dan juga kepentingan-kepentingan agung yang harusnya menyita seluruh waktu mereka.


Kebahagiaan duniawi dan ukhrowi, itulah yang menjadi impian dan cita-cita tinggi setiap mukmin yang tulen, sebagaimana yang pesankan Allah dalam Firman-Nya, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akirat dan jauhkan kami dari siksa neraka “ (QS. Al Baqoroh : 201)

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda